METAL RELIGI IS TRUE (Episode : Metal Dakwah)
Tak
dipungkiri band metal lahir dari peradaban Barat yang bobrok. Peradaban
itu memengaruhi jiwa anak-anak muda yang gelap. Mereka larut menjadi
individu yang bingung menatap masa depan, tertipu oleh propaganda sesat
kaum laknat, hingga menjadi pemuja setan, syahwat, anti kemapanan,
bahkan mengabaikan Tuhan.
Postingan kali ini juga menyambung dari posting 4 harian lalu , bagi yang belum baca bisa di liat di METAL RELIGI IS TRUE ( Episode : Metal Tauhid )
Dan, Ketika hidayah Islam datang, pondasi itu terguncang. Anak-anak Metal yang terlahir sebagai Muslim, mulai menyadari, bahwa mereka secara kultur dan karakter sudah dijadikan ’hamba-hamba sahaya’ yang terjajah. Eksistensi tumbuh, ketika Islam menjadi ideologi, kesadaran baru dan amaliyah mereka.
Adalah Tengkorak dan Purgatory,
dua kelompok band metal paling senior dan legendaris di kalangan
underground, tampil sebagai pendobrak yang mengguncang ideologi band
cadas keluar dari pakemnya, yakni dengan menjadikan Islam sebagai nafas
hidup mereka. Eksistensi ”sang legend” sebagai agen perubahan menginspirasi generasi metal selanjutnya. Sebut saja seperti The Roots of Madinah, Punk Muslim, AfterMath, Keep it True, Stranded, Qishash, Salameh Hamzah, dan Barat Hijau Indonesia.
|
Kesatuan visi inilah yang mempersaudarakan mereka sebagai komunitas yang unik dan berbeda. Dari sinilah tercetus “Urban Garage Festival”,
semacam forum mereka untuk berkumpul dan berkreasi, bahkan berdakwah
dengan pendekatan yang mereka pahami. Dalam kapasitas itu, mereka tak
sekadar tampil sebagai musisi beraliran cadas, melainkan juga sebagai
dai.
Anti Kemapanan
Sobat muslimska mungkin merasa aneh dengan fenomena baru ini. Namun, bagi yang belum mengenal komunitas ini dari dekat, jangan su’udzan
dulu, apalagi melempar tuduhan anak metal melecehkan Islam. Sedikit
yang tahu, bahwa ada juga anak metal yang berdakwah. Komunitas metal ini
memang berbeda dengan komunitas metal yang lain. Mereka berniat untuk
membentuk genre baru ke arah yang lebih Islami. Pertanyaan pun muncul,
ini kebangkitan atau degradasi ? Kok Muslim ”bermetal-metal ria”? menurut ane napa nggak ! Islam itu ideologi dan musik itu masalah selera , malahan akan menjadi perbedaan jika dengan style urakan tapi sholat nggak berantakan tentunya itu sebagai nilai PLUS tersendiri kan !!
Wawan,seorang vokalis Aftermath,
pernah berkonsultasi dengan rekan seniornya seputar stigma buruk yang
dilekatkan pada musisi metal muslim. Setelah berkonsultasi, saya
mendapat jawaban, "bahwa segala sesuatu bergantung niatnya. Saya
melihat fenomena ini sangat positif. Apakah salah kalau kami mendekati
ajaran-ajaran yang mendekati sang Khalik ke arah yang lebih Islami
melalui musik? Saya sendiri lahir dari keluarga Muslim,” ungkap Wawan yang juga seorang enginer.
Berangkat sebagai musisi, Wawan mengakui, sebatas inilah kontribusi yang bisa ia berikan untuk sementara waktu. ”Jika hari ini kami memperjuangkan Islam dengan mick dan gitar, kelak kami akan berjihad di jalan Allah dengan pedang dan senjata.
Inilah cara kami memberi makan kepada jiwa ini melalui musik. Sebagai
Muslim, tentu kami memimpikan tatanan dunia baru, di bawah kepemimpinan
Islam dan khilafah,” ujar Wawan bersemangat.
Menurut penggagas Urban Garage Festival, Thufail al Ghifari, yang juga vokalis The Roots of Madinah,
kegiatan bermusik ini ingin membangun sebuah kontra-kultur untuk
membuktikan, bahwa di komunitas ini ruangnya positif, band-bandnya pun
bicara atas dasar Islam. ”Kita berangkat dari seorang Muslim yang punya visi untuk membangun komunitas musisi metal yang jauh dari drugs, alcohol, dan free sex. Inilah niat dan tujuan kami. Kita ingin mengembalikan identitas Indonesia atau ketimuran. Jangan berlagak Amrik. Kita Metal, tapi ada filter, tidak sampai tercerabut ketimuran kita sebagai jatidiri.”
Senada dengan vokalis Tengkorak, Ombat. ”Penjajahan
budaya oleh Barat memang lewat musik metal kayak gini, musik
underground yang notebene keras dan brutal. Terus terang, saat ngeband,
kita banyak lupanya, ya lupa shalat, lupa diri dan segala macam. Tapi,
saat kita sadar, tatkala generasi ini menjadi santapan empuk zionis,
maka inilah moment untuk mengubah paradigma lama menuju paradigma baru.
Ngeband, tapi tetap menjalankan shalat lima waktu, dan rukun Islam lainnya.”
Sejak
metal lahir, kata Ombat, propaganda satanisme menjadi momok dan
berkembang pesat di seluruh dunia. Ibarat di Medan Perang, jika musuh
memerangi dengan senjata, maka harus dilawan dengan senjata. Begitu
juga, jika musuh memerangi generasi muda dengan metal, maka kita lawan
dengan metal pula. ”Melalui metal, kita bisa lakukan kickback,” kata Ombat.
Bonty, personil Purgatory, berpendapat, dulu
walisongo pun menyampaikan pesan dakwah dan syiar Islam dengan
menggunakan wayang, sekarang eranya Metal sebagai media. ”Yang jelas,
gue prihatin, jika generasi Islam di Timur Tengah malah bermetal ria
dengan westernisasi-nya, sedangkan Purgatory justru ingin memanfaatkan
Metal.”
Sebagai musisi Muslim, konsep yang diusung Purgatory dalam bermusik cuma satu, yakni Islam. Prisipnya, Islam bukan dibawa ke dalam metal, tapi Islam itu dasar dari semua hal. ”Apapun
yang kita lakukan harus berdasarkan Islam. Artinya, ketika bermusik,
tidak pake yang haram-haram. Pendekatan dakwah kami, nggak pake setting
ala kelompok tarbiyah. Kuncinya adalah silaturahim. Biasanya, suatu
komunitas tidak akan kuat, kalau silaturahimnya lemah,” tandas Bonty.
Gitaris Purgatory ini
juga mempertanyakan, jika pakem underground itu anti system, tapi
kenapa mereka membuat sistem sendiri, seolah kalau metal harus mabok.
Bagi anak band, awalnya, agama memang dianggap sebagai sesuatu hal yang
privacy . Komunitas Purgatory yang dinamakan Mogers sendiri, bukan orang-orang hebat dalam beragama. ”Kami lebih tepat disebut orang yang hijrah.
Di komunitas ini, kami ingin mengajak agar generasi muda kembali pada
Islam, dan mau mempelajari agamanya sendiri. Apa yang kita sampaikan ke
public tentang Islam adalah apa yang kita tahu saja dan sudah
dibuktikan. Yang jelas, kita tidak mau melakukan hal yang sia-sia. Kita
hanya ingin belajar.”
Pernah ada yang meledek Purgatory dengan pendekatan dakwahnya yang unik. ”Ngapain
loe ngajak anak-anak yang sudah berantakan. Padahal untuk menolong
orang yang tenggelam itu harus nyemplung. Apalagi pengetahuan agama
mereka diakui sangat kurang,” kata Bonty berfalsafah.
Pendekatan yang sama dilakukan Ahmad Zaki yang selama ini membina komunitas Punk Muslim. ”Ketika
fase jemu, bingung itu menyatu, saya mencoba memberikan banyak
alternatif dan energi positif. Ternyata mereka welcome dan punya
keinginan untuk bertobat dan merubah diri. Sebagian ada yang berubah
drastis 80 derajat, ada juga yang baru 45-60 derajat.”
Diakui Zaki, belakangan komunitas Punk Muslim banyak mengislamkan teman-teman punk di jalanan. ”Sejak menjadi Muslim, beberapa diantara mereka, ada yang meninggalkan kebiasaan Mohawk (gaya rambut
berdiri) dan piercing (tindik di sejumlah anggota tubuh). Bahkan,
diantara mereka, ada yang nekad menghilangkan tato dengan menggunakan
soda api atau PK, kendati resikonya bisa merusak kulit mereka,” ungkap Zaki.
Metal Bisa Berdakwah
Ingin tahu, pendekatan dan model dakwah yang dilakukan komunitas metal yang satu ini? Hasil pengamatan sebuah majalah terkenal di sarang underground,
komunitas ini memang berbeda. Dalam hal performance, kaos-kaos distro
yang mereka yang kenakan, terutama beberapa vokalis-nya, justru
menunjukkan 'militansi' dengan identitas keislamannya. Misalnya saja, kata Allahu Akbar (dalam bahasa Arab) pada kaos mereka. Pekikan Allahu Akbar mewarnai ”Urban Garage Festival” malam itu.
Lirik-lirik yang mereka muntahkan lewat musik cadas ini sebagian besar mengecam sikap barbar Barat dan zionis Israel terhadap
umat Islam di Palestina dan dunia Islam. Satu hal, mereka sangat
membenci kemunafikan. Beberapa lirik mereka, ada yang terkesan ”utopia”, sebuah kerinduan tentang khilafah.
Juga lihatlah teaterikal yang diperlihatkan personil Purgatory dengan topeng ”monsternya” di atas panggung. Band metal mana yang melafadzkan kalimah syahadad, selain yang satu ini. Asyhadualla, ilaaha illallah. Waasyhadu anna Muhammadarrasulullah. Nyeleneh? Tidak. Mereka tidak sedang melecehkan Islam. Inilah
cara dakwah dan syiar Islam yang mereka pahami. Bukan hanya syahadad, mereka mengajak fans yang hadir untuk bersholawat.
Yang
menarik, Ombat, sang vokalis band Tengkorak, tak sungkan mengajak
istrinya yang berjilbab bergabung di komunitas ini. Saat berinteraksi,
Ombat, bukan sekadar growling (suara mengeram khas Metal), tapi layaknya dai yang berdakwah. Ia mengajak anak-anak muda untuk bangga sebagai muslim dan tidak meninggalkan shalat lima waktu. Bahkan ia mengajak komunitasnya untuk mengubah posisi tangan metal dengan telunjuk ke arah langit, sebagai simbol ketauhidan.
Awalnya
mungkin ikut-ikutan, tapi kelak kesadaran baru itu tumbuh. Ombat
yakin, komunitas metal muslim ini akan menjadi sebuah jamaah yang
besar. ”Ini semua karena hidayah dari Allah. Sesama Muslim, sejatinya
saling menasehati. Tak soal, jika bermula dari skala kecil lebih dulu. Jika berangkat dari yang besar, biasanya cepat tenggelam. Tapi kalau dipupuk, dari kecil hingga besar susah punahnya.
Inilah tonggak awal, sejarah baru dari sebuah komunitas yang menjadikan
Islam sebagai ideologi. Harus diakui, dulu kita pernah jadi korbannya,
maka hari ini kita tunjukkan, kita metal, tapi tetap punya otak, punya
aqidah,” ujar lelaki botak yang berprofesi sebagai pengacara dari LBH Muslim ini.
Bagaimanapun, 'harokah' Islam harus menghargai ”ijthad”
anak-anak metal yang ingin menjadikan Islam sebagai pondasi mereka
dalam bermusik. Apalagi, ketika sebagian uang dari setiap lembar tiket
yang terjual dalam konser musik itu disumbangkan untuk perjuangan rakyat
Palestina. Subhanallah. Siapa nyana, dibalik ruang yang pengap,
masih ada yang menyerukan kebajikan, kendati dengan cara mereka sendiri.
Tak terbayangkan, di sebuah komunitas underground, ada pelita yang
menerangi jiwa-jiwa yang gelap. Ketika Islam menjadi nafas hidupnya,
militansi mereka tak kalah dahsyat dengan aktivis 'harokah' yang ada. Insya Allah.
Lantas apakah kita semua masih menganggap picik style musik mereka ??****
Beberapa Minggu yang lalu ane dapet lagu Purgatory dari sobat ane yang kebetulan juga suka nge-band. Pertama denger rasanya kuping mo “pecah”. karena uda lama banget ane nggak dengerin lagu model beginian sejak 6 tahunan yang lalu. Geraman MadMor sang vokalis benar2 susah dipahami isinya. Karena penasaran dengan liriknya, ane segera gooling, Akhirnya nemu juga lyriknya.
Nggak nyangka, ternyata dibalik penampilan personilnya yang seram ternyata lirik-lirik Purgatory cukup religius. Purgatory benar-benar berbeda dengan band-band metal lain yang cenderung “memuja” dunia kegelapan (baca : Syetan), hal inilah yang jadi pemicu ane dulu stop ngenal dunia underground ini.
Lagu favorit ane dari Purgatory saat ini adalah Hypocrite (Accoustic Version) . Isinya benar-benar “menyentuh”. Berikut cuplikan liriknya:
Tuhan jangan biarkan aku jatuh jauh kelembah nista yang semakin dalamJangan biarkan aku terkurung dalam kehinaan dan kemunafikanAku hina dan kotor serta tak pantas masuk kedalam surga MuKu juga lemah dan tak tahan akan panasnya api neraka Mu
Kalau nggak salah itu adalah salah satu doa dari sufi , ada yang tau siapa hayo...??
Lagu lain yang saya kira cukup “menyentuh” :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar