Oleander
Pernahkah Anda melihat
tanaman hias Oleander yang bunganya berwarna merah jambu, putih atau
kuning? Pastilah pernah, karena tanaman hias ini bisa dijumpai
dimana-mana, baik di halaman sekolah, halaman rumah sakit, halaman rumah
kita, taman-taman kota dan di tepi-tepi jalan. Namun siapa yang
menyangka, bahwa tanaman yang nampaknya indah dipandang mata ini,
merupakan tumbuh-tumbuhan yang amat beracun dan mematikan, mulai dari
daun, bunga, biji buah, dahan dan tangkai sampai ke getah batang
pohonnya. Pokoknya, seluruh bagian dari tanaman Oleander ini beracun,
bukan saja untuk manusia, tetapi juga untuk binatang peliharaan (kucing
dan anjing) dan hewan ternak (kambing, sapi, kuda).
Ada beberapa komponen racun yang terkandung pada tanaman oleander ini diantaranya oleandrin dan neriine yang masuk golongan cardiac glycoside, suatu zat yang menyebabkan perlambatan denyut jantung dan gagal jantung. Kulit batang pohon (bark) Oleander ini mengandung zat racun rosagenin yang memiliki daya kerja seperti strychnine.
Anak-anak yang gemar memetik daun atau bunga dan mengisap-isap atau
mengunyahnya, adalah mahluk yang paling beresiko mengalami keracunan.
Satu lembar saja dari daun Oleander yang dimakan oleh balita dapat
berakibat fatal (mematikan). Gejala keracunan segera akan timbul segera
setelah memakan bagian dari tanaman Oleander, diantaranya mual dan
muntah, sakit perut dan diare, mata menjadi kabur, denyut jantung
melambat, koma dan akhirnya kematian.
Yang
memprihatinkan, tanaman Oleander ini sekarang dipakai sebagai alat untuk
bunuh diri, khususnya di kawasan India Selatan dan Srilangka. Di
Srilangka misalnya, sebelum tahun 1980, tidak pernah ada catatan medis
di rumah sakit kematian karena racun Oleander. Pada tahun itu,
diberitakan secara besar-besaran di media tentang kematian dua orang
gadis yang dengan sengaja memakan biji Oleander kuning untuk bunuh diri.
Semenjak kejadian itu, angka bunuh diri dengan Oleander terus meningkat
dan dewasa ini di Srilangka rata-rata 2.000 orang tewas setiap tahun
karena keracunan Oleander. Racun Oleander ini dipakai bukan saja untuk
bunuh diri (suicide), tetapi juga untuk membunuh orang (homicide) dan untuk menggugurkan kandungan (abortion).
Pengeringan daun, biji dahan tanaman ini tidak mengurangi kadar toksisitasnya. Bahkan
madu yang dihasilkan oleh lebah yang mengisap nektar dari bunga
Oleander ini juga beracun untuk dikonsumsi. Yang cukup mengherankan,
daun-daun tanaman yang berasa manis ini, dapat menewaskan seekor kuda
bila terlambat diberikan pertolongan darurat (100 gram zat toxin ini
sudah cukup untuk mematikan seekor kuda dewasa).
Cara pengobatan akibat keracunan Oleander ini adalah dengan merangsang muntah (induced vomitting), pembilasan lambung (gastric lavage), dan pemberian norit (activated charcoal).
Permberian norit ini dimaksudkan untuk mengikat zat beracun tersebut
sehingga menjadi netral untuk dikeluarkan dari tubuh. Cara yang perlu
segera ditempuh, apabila perangsangan muntah tidak berhasil dilakukan,
adalah dengan pemberian digoxin immune fab, suatu obat produksi dari GlaxoSmithKline. Untuk negara-negara berkembang seperti India dan Srilangka, pemberian digoxine immune fab tentu mengalami kendala, karena harganya yang cukup mahal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar